Teori Dasar
Termokimia
atau energetika kimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan kalor pada reaksi
kimia. Dalam percobaan ini perubahan kalor yang diamati dilakukan pada tekanan
konstan dan system yang diamati menyangkut cair-padat sehingga perubahan volume
dapat diabaikan. Akibatnya kerja yang bersangkutan dengan systemdapat pula
diabaikan (PΔV ≈ 0). Oleh karena itu perubahan entalpi (ΔH) sama denga perubahan energi dalam (ΔU).
Jumlah
kalor yang terlibat dalam reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan
kalorimeter. Besaran fisika yang diamati adalah temperatur. Kalorimeter dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai termos ideal dimana tidak terjadi
perpindahan kalor dari dan ke system. Tapi, tetap perlu diperhatikan tetap
terjadi perpindahan kalor dari kalorimater ke isinya ( campuran reaksi yang
akan ditentukan kalor reaksinya) atau sebaliknya.
Oleh
karena itu kalorimeter harus ditera ( yakni dengan menentukan kalor yang
diserap oleh kalorimeter). Jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter untuk
menaikkan temperatur sebesar 1derajat disebut tetapan kalorimeter.
Menurut
hukum kekekalan energi (hukum pertama termodinamika) ; energi tidak dapat
diciptakan / dimusnahkan tetapi dapat di ubah dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang
lain,artinya energi alam semesta adalah konstan.Jadi, energi yang menyertai
suatu proses kimia ataupun proses fisika hanyalah merupakan perpindahan atau
perubahan bentuk energi.Secara matematik hokum pertama termodinamika dirumuskan
sebagai;
dU = dq + dw ( 1 )
Bagi perubahan besar ( yang dapat
diukur ),rumus diatas dapat di integralkan menjadi;
DU = q
+ w ( 2 )
Zat atau proses yang sedang
dipelajari / diperhatikan perubahan energinya di sebut system.Segala sesuatu
diluaar system,dengan apa system mengadakan pertukaran energi di sebut
lingkungan.
Energi yang dimaksud diatas adalah bentuk panas atau
kalor.Thermokomia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari atau membahas
tentang kalor.Reaksi kimia termasukm proses isothermal dan berlangsung pada
tekanan tetap.Pada dasarnya kalor yang bereaksi terbagi dua:
1.Kalor reaksi pada volume tetap,reaksinya dapat
ditulis;
DU = qv + w
( 3 )
Jika system hanya dapat melakukan kerja ekspansi,maka
pada kondisi volume tetap,w = 0,sehingga
qp = DU ( 4 )
2.Kalor reaksi pada tekanan tetap,jika reaksi dikerjakan
pada tekanan tetap,maka menurut persamaan;
W =-p dV = -p ( V2 – V1 ) =
-pDV ( 5 )
Sehingga persamaan w = -pDV
sehingga persamaan ( 2 ) dapat ditulis sebagai :
DU = qp
- pDV (
6 )
Persamaan ini dapat diubah menjadi:
=
U2 – U1 = qp – p ( V2 – V1 )
=
( U2 + pV2 ) – ( U1+pV1 ) = qp
Atau: =( U + pV )2 – ( U +
pV )1 = qp
= D ( U + pV ) = qp (
7 )
Karena U + pV = H, sehingga persamaan
akhir diatas dapat di tulis:
DH = qp (
8 )
q = Kalor reaksi pada tekanan tetap
DH = Perubahan Entalpi
Sehingga kalor reaksi juga dapat ditulisakn sebagai perubahan
entalpi.Jadi,jika suatu system membebaskan kalor sebesar q kj dan jika system
menyerap kalor sebesar q kj pada tekanan tetap maka entalpi system bertambah
sebesar q kj. Supaya terdapat keseragaman harus ditetapkan keadaan standar,
yaitu suhu 25oC dan tekanan
1atm dengan demikian, perhitungan termokimia didasarkan pada keadaan standar.
A+B®C
Ø
Kalor Jenis dan Kapasitas
Kalor
Suatu bentuk energi yang menyebabkan materi mempunyai
suhu disebut kalor. Kalor uga dapat menyebabkan perubahan wujud. Apabila
suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat itu akan naik sampai tingkat tertentu
hingga zat itu akan mencair (jika zat padat) atau menguap (jika zat cair).
Sebaliknya, jika salor dilepaskan dari suatu zat, maka suhu zat itu akan turun
sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan mengembun (jika zat gas) atau
membeku (jika zat cair). Kita dapat menentukan perubahan jumlah kalor dari
suatu zat, dari perubahan suhu atau perubahan wujud yang dialaminya.
Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 gram
zat sebesar 10C atau 1 K disebut kalor jenis. Kalor jenis dinyatakan dalam
joule per gram per derajat celcius (J g-1 0C-1) atau
joule per gram per Kelvin (J g-1 K-1). Sebagai contoh,
kalor jenis air adalah 4,18 J g-1 K-1. Jadi, untuk
menaikkan suhu 1 gram air sebesar 10C diperlukan 4,18 J; untuk
menaikkan suhu 5 gram air sebesar20C diperlukan 5 x 4,18 x 2J . Secara
umumberlaku rumus :
|
Dengan
q = jumlah
kalor (dalam joule)
m = massa
zat (dalam gram)
Δt = perubahan suhu
c = kalor jenis
jumlah kalor yang diperlukan oleh suatu zat atau system
untuk menaikkan suhu 10C atau 1K disebut kapasitas kalor (C).
Kapasitas kalor dinyatakan dalam joule per derajat celcius (J 0C-1) atau dalam joule per Kelvin (J K-1).
Apabila kapasitas kalor diketahui, maka rumus menjadi sebagai berikut :
|
dengan
q = jumlah kalor
C = kapasitas kalor
Δt = perubahan suhu
Ø
Kalorimetri
Kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yaitu
dengan alat kalorimeter. Proses pengukuran kalor reaksi disebut kalorimetri.
Data ΔH reaksi yang terdapat pada
tabel-tabel umumnya ditentukan secara kalorimetris.
Kalorimetri sederhana ialah
mengukur perubahan suhu dari sejumlah tertentu air atau larutan sebagai akibat
dari suatu reaksi kimia dalam suatu wadah terisolasi. Kalorimeter sederhana
dapat tersusun dari dua buah gelas plastik.
Plastik merupakan bahan nokonduktor, sehingga jumlah
kalor yang diserap atau yang berpindah ke lingkungan dapat diabaikan. Jika
suatu reaksi berlangsung secara eksoterm maka kalor sepenuhnya akan diserap
oleh larutan didalam gelas. Sebaliknya, jika reaksi yang berlangsung tergolong
endoterm, maka kalor itu diserap dari larutan didalam gelas. Jadi, kalor reaksi
sama dengan jumlah kalor yang diserap atau yang dilepaskan larutan di dalam
gelas. Jumlah kalor yang diserap atau yang dilepaskan larutan dapat ditentukan dengan mengukur
perubahan suhunya. Karena energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan ,
maka…
qreaksi + qlarutan = 0
Pembahasan
A.
Penentuan Tetapan Kalorimeter
Kalor yang
menyertai suatu reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yang mengahasilkan
suatu tetapan yaitu tetapan kalorimeter.
Tetapan kalorimeter dapat diukur di dalam percobaan tersebut dengan
membandingkan kalor yang diterima kalorimeter (Q3) dengan selisih
temperatur sesudah dan sebelum bereaksi (ΔT). Pereaksi yang sudah ditentukan
(20 mL) direaksikan dalam kalorimeter sehingga percobaan menghasilkan kalor
yang diserap (yang diberikan air panas) dan kalor yang dilepas. Semua reaksi
tergantung pada suhu termasuk tekanan dan beberapa jumlah kalor yang keluar
(eksoterm) dari dalam kalorimeter pada saat percobaan.
B.
Penentuan kalor reaksi Zn(s)-CuSO4
(aq)
Jumlah gram Zn
yang direaksikan mempengaruhi kalor reaksi dan temperatur, ini terlihat melalui
data yang memunculkan grafik naik. Zn yang dicampurkan dengan CuSO4
akan menghasilkan reaksi sebagai berikut
:
Zn(s) + CuSO4(aq)
à ZnSO4 + Cu
Penentuan kalor yang diserap menggunakan tetapan kalorimeter yang didapat melalui
Percobaan I, selanjutnya kalor reaksi dapat ditentukan dengan jumlah yang
diserap kalorimeter dan yang diserap larutan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka kita dapat menarik beberapa
kesimpulan. Kita telah mengetahui bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun
dimusnahkan, maka dalam percobaan diatas perubahan suhu terjadi karena adanya
kalor yang diserap maupun yang dilepaskan oleh suatu zat. Suatu reaksi kimia
dapat melepaskan atau menyerap kalor.
Suatu zat yang belum direaksikan dengan zat lain akan menunjukkan
temperatur yang tetap. Tetapi setelah direaksikan akan terjadi perubahan suhu
yang akan terus berubah untuk beberapa saat dan kemudian akan menunjukkan angka
yang konstan. Kenaikan suhu suatu zat tergantung dari banyaknya jumlah zat
pelarut yang dicampurkan kedalamnya.
Reaksi kimia dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1.
Reaksi Eksoterm
Yaitu reaksi pada keadaan suhu system
menjadi lebih tinggi daripada suhu lingkungan, maka kalor akan keluar dari
system ke lingkungan sampai suhu
keduanya menjadi sama.
2.
Reaksi Endoterm
Yaitu reaksi kimia pada keadaan suhu
campuran (system) menjadi lebih rendah daripada suhu lingkungan, maka kalor
akan mengalir dari lingkungan ke dalam system sehingga suhu keduanya menjadi
sama.
Reaksi kimia yang terjadi pada percobaan diatas cenderung adalah
reaksi eksoterm, karena kalor yang dihasilkan oleh campuran (system) diserap
oleh kalorimeter walaupun jumlahnya sangat sedikit. Tetapi didalam kalorimeter
kita dapat menentukan kalor yang diserap oleh lingkungan (kalorimeter) sehingga
kita dapat menentukan tetapan dari kalorimeter tersebut. Tetapan tersebut
didapat dengan membandingkan kalor yang diseram oleh kalorimeter dengan selisih
suhu sebelum dan sesudah bereaksi. Bila
tetapan lingkungan (kalorimeter) talah diketahui, maka kita dapat menentukan
kalor reaksi seperti yang terjadi pada percobaan. Kalor reaksi didapat dari
penjumlahan kalor yang diserap kalorimeter dan kalor yang diserap larutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar